Jumat, 21 September 2012

Review Perkuliahan Psikodiagnostik - Analisis Jurnal


Hollaaa...............

Mau share review nih tentang apa aja yang didapat di perkuliahan psikodiagnostik minggu ini tanggal 18 September 2012. Karena minggu sebelumnya sudah dibagikan kelompok dan diberi tugas perkelompok untuk membahas jurnal, maka minggu ini saatnya 3 kelompok untuk mempresentasikan hasil tugas untuk analis jurnal mengenai observasi ataupun jurnal-jurnal yang pengambilan datanya melalui observasi.

Langsung aja ya kita review dari kelompok 1, jurnalnya adalah:

”Realitas Cinta dimata Remaja Perempuan
Studi Kasus Sindrom Cinta pada Seorang Perempuan Remaja Pasca film ‘ Ada Apa Dengan Cinta’”

Subjek penelitian :
  • Perempuan, usia 18 tahun, Penonton/penikmat film Ada Apa Dengan Cinta dan film lain dengan gender remaja, penikmat musik pop remaja dan sinetron remaja, dan lingkungan pergaulan yang populer.
  • Peneliti menggunakan metode observasi partisipan (observasi partisipan à suatu observasi dimana peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari informan/sumber data yang sedang diamati).


Permasalahan penelitian:
  • Bagaimana seorang remaja belajar dan percaya akan apa yang disajikan oleh media?
  • Bagaimana proses kultivasi tersebut terjadi?
  • Melihat posisi remaja tersebut sebagai reader media.


Hasil interpretasi:

Sebagai anak remaja yang masih berusia 18 tahun, informan memang masih mengalami kelabilan dalam menentukan karakter dirinya. Secara psikologis, aspek kognitif dalam dirinya memang masih mengalami pancaroba, sebuah masa ketika dirinya masih mencari kepastian akan wujud dan jati diri. Ini membuat informan menjadi lebih rentan terhadap pengaruh lingkungan, baik yang datang dari keluarga, sekolah, teman sepermainan maupun dari media.

Hipotesis peneliti terbukti, yaitu akibat rendahnya tingkat melek media serta pengaruh penglaman pribadi, baik yang datang dari diri sendiri, keluarga, teman, maupun sekolah, iforman yang masih berusia 18 tahun, sebagai remaja perempuan, ia masih rentan terhadap apa yang diberikan oleh media.

Kesimpulan:
  • Informan memiliki pengetahuan yang terbatas karena faktor usia, keluarga, sekolah, dan lingkungan pergaulannya. Informan tergolong yang tidak melek media.
  • Informan tidak mampu melihat media secara kritis.
  • Kecendrungan informan memaknai apa yang ada di media secara dominan dan menerapkannya sebagai karakter dirinya.


Lanjut analisis jurnal kedua yuk dari kelompok 2, jurnalnya adalah:

“Mitos Tentang Kehamilan”

Subjek Penelitiaan:
  • wanita yang sedang hamil, dengan usia kandungan 3 bulan
  • diobservasi atau pengamatan pada tanggal 7 Agustus 2008 dan tanggal 25 Agustus 2008
  • peneliti menggunakan metode observasi tanpa intervensi (observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi (shaughnessy, 2007)). 


Permasalahan penelitian:
  • peneliti ingin mengetahui sejauh mana ibu hamil di Aceh menanggapi/menjalankan mitos-mitos yang dipercaya mereka
  • peneliti juga ingin mengetahui teori mana yang paling banyak dipahami dalam penalaran individu secara umumnya tentang hal-hal yang terkait dengan kehamilan baik itu berdasarkan penelitian ilmiah maupun mitos yang beredar di masyarakat


Hasil analisis jurnal:
  • Mitos yang menyertai proses kehamilan tersebut merupakan pengetahuan turun temurun yang diwariskan dan berkembang sebagai konsep kebudayaan dan tradisi yang berlaku hampir di sebagian besar masyarakat, yang pada akhirnya mampu membentuk pola perilaku yang menetap.
  • Sehingga atas gejala sosial ini sangat mudah dilakukan pengamatan (observasi) atas segala fakta yang ada.
  • Observasi yang dilakukan dalam penelitian bersifat sistematik, dimana segala sesuatunya telah dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan norma dan struktur ilmiah.
  • Mitos yang menyertai proses kehamilan tersebut merupakan pengetahuan turun temurun yang diwariskan dan berkembang sebagai konsep kebudayaan dan tradisi yang berlaku hampir di sebagian besar masyarakat, yang pada akhirnya mampu membentuk pola perilaku yang menetap.
  • Sehingga atas gejala sosial ini sangat mudah dilakukan pengamatan (observasi) atas segala fakta yang ada.
  • Observasi yang dilakukan dalam penelitian bersifat sistematik, dimana segala sesuatunya telah dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan norma dan struktur ilmiah.


Lalu yang terakhir dari kelompok 6, jurnalnya adalah:

“Post Traumatic Growth Pada Penderita Kanker Payudara”

Metode penelitian:

Peneliti menggunakan metode observasi non partisipan (suatu observasi dimana peneliti tidak terlibat dengan kegiatan sehari-hari informan/sumber data yang sedang diamati).

Kesimpulan:

            Dari hasil jurnal yang telah kelompok 6 analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat dua fakor yang mempengaruhi aspek post traumatic growth pada kedua informan. Faktor tersebut dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berdasarkan pada pembahasan, dapat diketahui bahwa setidaknya terdapat 4 pertumbuhan pasca trauma atau (post traumatic growth) yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam menghadapi penyakit payudara ini, antara lain: peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik. Ketika didiagnosis menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan mempelajari kembali prioritas mereka.



Jumat, 14 September 2012

Psikodiagnostik 2 (Observasi) - Pengenalan Metode Observasi

Berbicara mengenai metode pengambilan data penelitian ilmiah dalam psikologi, ada 2 metode yang paling sering digunakan untuk membuat karya ilmiah. Metode observasi dan wawancara merupakan metode paling dasar dari pembuatan karya ilmiah khususnya psikologi.


Mengapa observasi menjadi paling terpenting yang dilakukan dalam metodologi penelitian ilmiah? 
à penginderaan manusia 70% melalui visual. Dalam observasi, memerlukan fungsi dari semua indera yang manusia  miliki (ilmiah: indera keenam tidak dipergunakan), dari kesemua indera, yang paling besar fungsi dalam penggunaan metode observasi adalah visual (melihat).

Anda tidak boleh memasukkan unsur-unsur subjektifitas dalam penelitian ilmiah. Anda hanya boleh mendengar dan mencatat apa yang anda lihat dari pengamatan anda terhadap objek observasi anda.

Bagaimana cara mendapatkan objektifitas?
è Tidak memaknai sesuatu (berusaha mengaitkan pada teori) tidak diperkenankan untuk melakukan penilaian, hanya boleh melakukan pencatatan kesimpulan.
è Menjaga jarak dengan apa yang kita observasi
è Semua hasil maupun observasi, harus mengacu pada teori
è Kita hanya diperkenankan mendeskripsikan
è Peneliti harus lebih dari satu dan peneliti harus mengerti, memahami teori

Kelemahan dari observasi adalah kita tidak bisa mengetahui motif dari apa yang kita  observasi (kita tidak mengetahui apakah objek yang kita observasi memunculkan perilaku murni ataukah hanya dibuat-buat). Seperti teori dari Freud yang menjelaskan teori gunung es 3 tingkatan, Knowledge atau pengetahuan bisa kita lihat dengan orang lain menguji melalui pertanyaan tentang pengetahuan (observasi), Skill atau kemampuan pun dapat kita lihat dengan cara orang lain mengujinya pula (observasi), namun Motive hanya bisa kita ketahui dengan memakai metode wawancara saja.

Dapat dikatakan observasi ilmiah, jika memiliki unsur-unsur:
è Ada teori terkait
è Ada objek yang diteliti (objektif)
è Empiris (bisa dibuktikan)
è Terukur (valid dan reliabel)
è Sistematis


Klasifikasi metode observasi
Metode observasi dapat diklsifikasikan berdasarkan dua dimensi, yaitu:
·      Observasi tanpa intervensi
Observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat/peneliti untuk mengintervensi.

·      Observasi dengan intervensi
Kebanyakan penelitian psikologi menggunakan observasi dengan intervensi. Ada tiga metode observasi dengan intervensi, yaitu:
1.      Participant observation
Pengamat (observer) memainkan peran ganda, yaitu mengobservasi perilaku orang dan sekaligus beerpartisipasi aktif dalam situasi yang sedang meeka observasi.
2.      Structured observation
Pengamat melakukan intervensi untuk menyebabkan timbulnya suatu kejadian atau untuk “merancang” sebuah situasi sehingga kejadian yang dimaksud dapat dicatat secara lebih mudah dibanding bila tanpa intervensi.
3.      Field experiment
Seorang peneliti memanipulasi satu variabel independen atau lebih dalam setting alamiah untuk menetapkan efeknya pada perilaku.

Sumber: Saughnessy,J.John.,Zechmeister,B.Eugene.,&Zechmeister,S.Jeanne.2007.Metodologi Penelitian Psikologi(Ed.7).Yogyakarta.Pusaka Belajar.